Jumat, 31 Juli 2015

Ada Apa Denganku Ini ?



“Duh harus kucari kemana lagi nih buku ? Daritadi aku uda bolak balik mengitari rak ini sebanyak lima kali tapi hasilnya tetap saja nihil ! huft. Dasar gara-gara dosen pembimbing nih aku harus tiap hari bolak balik ke perpus untuk cari buku-buku referensi yang diinginkan dosen pembimbing” Aku menggurutu sendirian di dalam perpustakaan sambil membolak balik buku yang telah tersusun rapi dalam rak.
Sewaktu aku sedang sibuk mencari buku, tiba-tiba terdengar lagu “broken angel-arash feat Helena”. Ya, itu suara nada dering ponselku. Aku sangat suka dengan lagu ini sampai-sampai kugunakan sebagai nada dering ponsel (karena memang menggambarkan keadaan ku pada waktu itu). Ku rogoh ponselku dalam saku dan melihat siapa orang yang berani-beraninya menggangguku pada saat aku sedang sibuk seperti ini. Mataku terbelalak ketika melihat siapa yang sedang menelponku. “Cito ? lagi ? Bertahan sampai kapan dia terus menelponku ?”, Gumamku. Aku tak tahu mengapa Cito dari pagi sampai siang ini terus menerus menelponku tanpa henti. Entah apa yang dia inginkan atau mempunyai keperluan apa dia denganku, aku tidak peduli. Yang kutahu sekarang aku sedang sibuk dan aku sedang tidak bisa diganggu.



“Astaga Cito ini benar-benar ga ada kerjaan apa ya ? Arrggghh berisik sekali !”, darahku mulai naik. Lama-lama aku tak tahan dengan Cito, akhirnya aku mengalah dan mengangkat telponnya, “Iya to, ada apa ? Apa ? Apa kau gila ?”, Hujatku. Cito mengajakku keluar bersama dengan temannya yang mau dikenalkannya kepadaku tempo hari. “Dia pikir aku cewe model apa sih, belom pernah ketemu tapi diajak keluar bareng, dan parahnya aku harus boncengan ma temannya itu ! Hash !”, Gumamku sambil menahan marah. “Iya to ? aku masih disini. Aku gak mau kalo harus keluar apalagi boncengan, kalo dia emang mau kenalan datang aja ke kos ku, oke ? Kau serius mau ke kosku ? oh iya iya . . . sekarang ? nanti aja jam 3, ini aku masih di perpus. Oke . . daaahh . .”, Telpon pun akhirnya kumatikan.
Setelah telpon kumatikan aku menghujat diriku sendiri. Apa yang telah kulakukan ? Apa yang telah kuperbuat ? Apa yang salah denganku ? Apa aku sedang tidak sadar tadi ? Aku harus bagaimana ? Apa aku sedang stress akhir-akhir ini sehingga mengambil keputusan itu ? Yaahh tentu aku sedang stress akhir-akhir ini . . dan juga aku sedang jetlag, mungkin . . .
Setelah mengambil keputusan bodoh itu, aku langsung keluar dari perpus untuk menghirup udara segar. Aku berjalan menyusuri halaman perpustakaan sambil menggerutu di dalam hati, ingin ngademin otak dengan segelas jus, mungkin itu membuatku jauh lebih baik.
Sambil tergopoh-gopoh aku menuju ke tempat jualan jus buah dengan pikiran kacau dan tidak fokus. Tiba-tiba, Braaaaakkkkkkkk ! tampaknya aku menabrak seseorang dan bukuku pun berantakan dimana-mana. Aku langsung mengumpulkan dan merapikan bukuku kembali.
“Maafkan aku, aku tidak sengaja”, Ucapku kepada orang yang kutabrak tanpa melihat kearah orang tersebut.
“Yuna ?”, Ucapnya keras setengah memastikan.
Aku kaget karena rupanya orang yang kutabrak tadi mengenaliku. Akhirnya ku arahkan mataku kepadanya. Mataku terbelalak, jantungku rasanya mau copot, badanku kaku tidak bisa digerakkan, suaraku hilang entah kemana melihat sesosok orang yang berdiri dihadapanku. Aku hanya bisa menjerit di dalam hati, Astaga mantan . . . ! ! !


Rabu, 01 Juli 2015

Prolog


Siang itu Januari 2013, alarm hp ku berbunyi nyaring sekali, dengan mata terpejam ku cari hapeku di sana sini tetapi tidak ada. Ku biarkan saja hape ku berbunyi nyaring hingga seisi kos an mendengarnya. Ku lirik jam dinding, dan ternyata jam sudah menunjukkan tepat pukul 11.30 siang. Siang itu matahari sepertinya enggan keluar dari peraduannya sehingga suasana pun jadi semakin mendukung untuk melanjutkan tidur. Ya, karena memang aku baru tidur jam 04.00 WIB.
Aku berusaha sekuat tenaga membuka mata, tapi rasanya mata ini sulit untuk membuka. Ya, insomnia ku akhir-akhir ini memang sudah sangat akut. Insomnia ini hadir akibat kegelisahan dan kesedihan yang mendalam.
Aku, mahasiswi tingkat akhir di salah satu universitas negeri di kota malang yang tengah patah hati. Betapa tidak, aku ditigakan ! Tidak sampai situ saja, teman baikku ternyata ada perasaan sama mantan pacarku, oh no ! Retaklah persahabatan kami yang hampir selama 4 tahun (dan lebih tepatnya bubarlah geng kami). Yang lebih parah lagi, teman baikku jadi memfitnah dan merusak nama baikku denga ocehan-ocehannya. Loh kog bisa ? (Mungkin untuk menutupi kesalahan nya kepadaku di depan teman-teman). Biarkan saja, Tuhan tidak buta ! Penderitaan tidak sampai disitu, ditambah lagi dengan deadline skripsi dari dosen pembimbing. Huft !
host2post.com


Kamar berantakan, wajah yang layu dan lemas, penampilan acak-acakan dan juga badan kurus (*lebih kurus dari biasanya) merupakan efeknya. Dengan lunglai ku mulai persiapan ke kampus karena memang hari ini aku ada janji dengan dosen pembimbing.
Sesampainya di kampus, aku langsung menemui dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan skripsi. Setelah selesai, aku yang biasanya nongkrong dulu di kampus setelah bimbingan, jadi ingin buru-buru pulang kalo tidak ada keperluan di kampus. Hal tersebut terjadi setelah aku di tigakan dan dihianati temanku, aku jadi sulit percaya sama orang dan sering sekali negative thinking sama semua orang. Aku menjauhkan diri dari lingkungan social, dunia luar, dan semua jenis media social. Aku jadi semacam antisosial, kemana-mana selalu sendiri.
Dengan langkah terburu-buru aku segera menuju ke tempat parkir karena yang ada dalam pikiranku hanya pulang, pulang dan pulang. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang, “Hei !” sapa temanku. Aku menoleh karena terkejut. Cito, temanku satu kelas ini memang aneh dan unik.
“Kenapa kau terburu-buru ? Tinggallah sebentar ada yang ingin kubicarakan”, Cito berbicara seolah-olah memang ada hal penting yang memang harus dibahas dan dibicarakan.
“Iya to, ada apa ? aku buru-buru harus pulang, banyak yang harus ku kerjakan”, aku mulai mengarang alasan.
“Oke, aku langsung to the point, kamu kan lagi jomblo udah lama ga ada gandengan. Aku ga tega deh liat kamu kayak gini terus. Emm, kamu mo ku kenalin sama temanku, gimana ? Dia juga udah lama gak pacaran, jadi mungkin kalian berdua nanti bisa saling klik. Atau setidaknya kamu coba dulu buat ketemuan, ya ?”, Oceh Cito tanpa ada rasa berdosa sedikitpun.
Aku hanya melongo mendengar ocehan Cito, suasana hening beberapa saat. Salah, suasana hening dalam waktu yang lama. Ya, cukup lama . . .