Kring . . . Kring . . . Kring . . . Alarm
di hapeku berbunyi. “Duh berisik sekali ! Ganggu orang tidur aja nih ! Hash !”
Omelku sambil mata masih dalam keadaan tertutup. Dengan perasaan jengkel, ku
cari-cari hapeku di sana-sini dan akhirnya kutemukan juga. Kumatikan alarm
hapeku kemudian ku lanjutkan lagi tidurku. Jelas saja aku sangat ngantuk,
gara-gara mengerjakan skripshit tadi malam.
15 menit berselang kali ini lagu Helena
feat arash yang berbunyi tanpa henti di hapeku. “Duh, apa lagi ini yang
menggangguku”. “Hoammmm . . .” aku menguap sambil melihat layar hape. “Cito ?
Kenapa Cito telpon di jam-jam segini ? Ada perlu apa dia ?”, Tanyaku dalam
hati.
Aku masih tertegun sambil mengingat dan
berpikir. Tiba-tiba aku terperanjat karena memang sepertinya aku meluakan
sesuatu. “OMG, aku lupa ada janji sama Cito dan temannya ! Jam berapa ini ?”.
Kuberanikan diri melirik ke arah jam dinding. “Jam 15.10 ? wah, aku janjian jam
15.00”. Sambil kebingungan aku lari ke arah kamar mandi, “Aku belom siap-siap
nih. Apa yang harus kulakukan ?”.
Sehabis cuci muka, tentu saja tanpa mandi
ku angkat telpon Cito, “Iya to ? ini aku masih siap-siap maaf ketiduran ? apa
kau sudah pulang ? apa, kau sudah menungguku 30 menit ? oke iya iya tunggu
sebentar aku keluar”.
“Hai to maaf membuat lama menunggu”,
Sesalku. “Oh gapapa yun, santai aja. Oiya, langsung aja ini kenalkan temanku”
Cerocosnya. “Kalo masalah nama dan lain-lain silahkan kalian berdua kenalan
sendiri”, Katanya sambil menggoda.
Aku nervous, gugup, dan tanganku berubah
jadi dingin seperti habis keluar dari lemari es. Dia menguluran tangannya, dan
otomatis akupun harus menjabat tangannya. Karena saking gugupnya aku salah dalam
bersalaman. Dia dan Cito tertawa terbahak-bahak. Duh, malunya aku.
“Rio”, ucapnya lirih. “Yuna”, Balasku
sambil tersipu. Akupun langsung duduk di samping Rio. Terpaksa aku duduk di
sampingnya karena memang tidak ada tempat lain, hehehe. Suasana pun menjadi
hening dan tak mencair. Akupun tak tahu apa yang harus kulakukan dan apa yang
harus kami perbincangkan. Aku tidak berani menatap Rio. Sedangkan Cito ? Dia
sibuk dengan hapenya dan berbicara dengan orang yang diseberang sana.
Jujur saja, memang tidak ada yang bisa kita
perbincangkan karena aku dan Rio berasal dari kampus yang berbeda, teman-teman
yang berbeda, asal daerah yang berbeda. Hanya jurusan kami sajalah yang agak
sama. Selain itu, Rio juga kelihatan dingin. Dia dingin atau jaim ya ?
Entahlah, aku tidak perduli akan hal itu. Yang aku tahu hanya satu, sepertinya
aku dan Rio tidak cocok satu sama lain.