Rabu, 01 Juli 2015

Prolog


Siang itu Januari 2013, alarm hp ku berbunyi nyaring sekali, dengan mata terpejam ku cari hapeku di sana sini tetapi tidak ada. Ku biarkan saja hape ku berbunyi nyaring hingga seisi kos an mendengarnya. Ku lirik jam dinding, dan ternyata jam sudah menunjukkan tepat pukul 11.30 siang. Siang itu matahari sepertinya enggan keluar dari peraduannya sehingga suasana pun jadi semakin mendukung untuk melanjutkan tidur. Ya, karena memang aku baru tidur jam 04.00 WIB.
Aku berusaha sekuat tenaga membuka mata, tapi rasanya mata ini sulit untuk membuka. Ya, insomnia ku akhir-akhir ini memang sudah sangat akut. Insomnia ini hadir akibat kegelisahan dan kesedihan yang mendalam.
Aku, mahasiswi tingkat akhir di salah satu universitas negeri di kota malang yang tengah patah hati. Betapa tidak, aku ditigakan ! Tidak sampai situ saja, teman baikku ternyata ada perasaan sama mantan pacarku, oh no ! Retaklah persahabatan kami yang hampir selama 4 tahun (dan lebih tepatnya bubarlah geng kami). Yang lebih parah lagi, teman baikku jadi memfitnah dan merusak nama baikku denga ocehan-ocehannya. Loh kog bisa ? (Mungkin untuk menutupi kesalahan nya kepadaku di depan teman-teman). Biarkan saja, Tuhan tidak buta ! Penderitaan tidak sampai disitu, ditambah lagi dengan deadline skripsi dari dosen pembimbing. Huft !
host2post.com


Kamar berantakan, wajah yang layu dan lemas, penampilan acak-acakan dan juga badan kurus (*lebih kurus dari biasanya) merupakan efeknya. Dengan lunglai ku mulai persiapan ke kampus karena memang hari ini aku ada janji dengan dosen pembimbing.
Sesampainya di kampus, aku langsung menemui dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan skripsi. Setelah selesai, aku yang biasanya nongkrong dulu di kampus setelah bimbingan, jadi ingin buru-buru pulang kalo tidak ada keperluan di kampus. Hal tersebut terjadi setelah aku di tigakan dan dihianati temanku, aku jadi sulit percaya sama orang dan sering sekali negative thinking sama semua orang. Aku menjauhkan diri dari lingkungan social, dunia luar, dan semua jenis media social. Aku jadi semacam antisosial, kemana-mana selalu sendiri.
Dengan langkah terburu-buru aku segera menuju ke tempat parkir karena yang ada dalam pikiranku hanya pulang, pulang dan pulang. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang, “Hei !” sapa temanku. Aku menoleh karena terkejut. Cito, temanku satu kelas ini memang aneh dan unik.
“Kenapa kau terburu-buru ? Tinggallah sebentar ada yang ingin kubicarakan”, Cito berbicara seolah-olah memang ada hal penting yang memang harus dibahas dan dibicarakan.
“Iya to, ada apa ? aku buru-buru harus pulang, banyak yang harus ku kerjakan”, aku mulai mengarang alasan.
“Oke, aku langsung to the point, kamu kan lagi jomblo udah lama ga ada gandengan. Aku ga tega deh liat kamu kayak gini terus. Emm, kamu mo ku kenalin sama temanku, gimana ? Dia juga udah lama gak pacaran, jadi mungkin kalian berdua nanti bisa saling klik. Atau setidaknya kamu coba dulu buat ketemuan, ya ?”, Oceh Cito tanpa ada rasa berdosa sedikitpun.
Aku hanya melongo mendengar ocehan Cito, suasana hening beberapa saat. Salah, suasana hening dalam waktu yang lama. Ya, cukup lama . . .


0 komentar:

Posting Komentar